Hari
kedua di Bali kami memutuskan untuk menuju Bali Utara. Kami mencoba untuk tidak
menggunakan jasa guide. Kami menyewa kendaraan roda dua –motor- dari hotel dengan
harga sewa per 24 jam hanya Rp. 75.000,-.
Dengan
memanfaatkan computer yang disediakan oleh hotel, kami mencari melalui google
maps arah yang menuju ke Istana Tampak Siring. Kami juga memetakan jalan mana
saja yang nanti akan kami lalui dari peta Bali.
Akhirnya
kami berangkat dari hotel pukul 09.00 WITA, dengan sepeda motor rental dan
berbekal “GPS edisi terbatas” made in sendiri, kami siap berpetualang.
Keluar
dari hotel, kami selalu mengikuti rambu – rambu petunjuk arah menuju Ke Gianyar.
Jujur saat di dalam kota –Denpasar- kami lebih agak ribet di banding dengan yang
ada di luar kota. Rambu-rambu penunjuk jalan yang menuju luar kota lebih jelas,
bagi kami yang bukan asli penduduk Bali sangat mudah mengikuti (Alhamdulillah tak
nyasar). Bagi anda yang ingin berpetualang di Bali tanpa Guide, tidak usah
khawatir, banyak penunjuk jalan dan yang paling ampuh jangan takut bertanya,
mereka ramah-ramah kok. He…..
Dari
dalam kota kami harus mencari jalan Tohpati, terus mengikuti arah yang menuju
Istana Tampak Siring / Kab Gianyar. Setelah itu mudah tinggal mengikuti
petunjuk dan “GPS edisi terbatas”
Jalan
yang kita lewati, Batu Bulan, Celuk, Sukawati, Batuan, Blahbatu, Buruan, Bedulu, Pejeng, Pejeng Kelod.
Rencana
awal kami tidak singgah ke Sukawati karena mengingat dulu pernah kesana dan
kita nanti rencananya mau beli Di Kaos Joger. Ternyata suami menginginkan untuk
singgah walau sebentar. Kami turun di Pasar sukawati / pusat oleh-oleh yang
kami temukan pertama. Tapi kami merasa dulu sepertinya pasarnya tak seperti
ini, tapi kami tetap coba masuk dan menawar kaos barong untuk suami dan anak
lanang (Nur Aditya Aji).Karena kami datang awal, kami tiba di sana pukul 10.00, jadi kami mendapat harga yang murah. Karena menurut kepercayaan orang Bali bila pada saat baru buka dagangan langsung dapat jualan, maka akan memperlaris
barang dagangan mereka. beruntungnya kami he...... sayang kami hanya beli dua potong baju....
Di
pasar ini harus pintar-pintar menawar ya….
Suami
ingin dengan lukisan bali, karena harga tawar menawar yang tidak mencapai kata
mufakat akhirnya kami tidak jadi membeli lukisan
Kami
meneruskan perjalanan, ternyata sampai dengan pasar yang kami maksud
Pasar
Sukawati. Pasar Sukawati yang Tradisional, lokasi depan Pasar Seni Sukawati |
Di pasar Sukawati ini suami mendapat apa yang diinginkan Yapp ... Lukisan penari Bali beserta bingkainya. Dengan negosiasi yang lancar kami mendapatkan lukisan tersebut dengan harga yang terjangkau dan ternyata bila dibandingkan dengan Toko oleh-oleh Krisna ternyata selisi harga Rp. 5000,- lebih murah di pasar Sukawati. Yuhuiii akhirnya .. ternyata kami berhasil menawar......
Di sana kami membeli yang di kota kami tak ada...
Walau pada awalnya kami hanya ingin singgah sebentar dan tak ingin membeli barang-barang, ehhh ternyata kami menghabiskan waktu hampir dua jam he...... shopping... shopping... kalap mata.....
Pasar Sukawati terkenal dengan pasar seninya, pasar seni ini tidak hanya terkenal di indonesia tapi juga sampai di penjuru dunia. Pasar ini terdapat di
Desa Sukawati Kabupaten Gianyar.
Jarak dari Denpasar -tempat kami menginap di jalan Teuku Umar- kurang lebih sekitar tiga puluh
kilometer, waktu yang kami butuhkan kurang lebih dengan naik motor/sepeda roda dua tak sampai 1 jam. Karena kami menikmati jalan (pemandangan yang ada) kecepatan yang kami tempuhpun paling kencang 60 km/jam -padahal khususnya saya memang takut naik motor, jadi suami kalo memboncengkan saya tak pernah kencang-. sttttt.... itulah alasan mengapa kami jalan nyantai he......
Menurut penjual yang ada di pasar sukawati, pasar buka dari jam 10.00 - 17.00 WIB, sedang pasar tradisonalnya dari jam 08.00-15.00 WIB.
Perjalanan kami lanjutkan ke Istana Tampak Siring
To be continued....
No comments:
Post a Comment