medina

Friday, 11 May 2012

Teriakan di Tengah Malam


Sepenggal kisah ini jauh dari kesan misteri, gaib, makhluk halus, apalagi yang marak di bioskop - bioskop indonesia kisah horor, ataupun mistis.
Cerita ini saya mulai dari hari jumat malam, selesai pulang kerja, packing, langsung menuju ke stasiun Tawang Semarang untuk menanti kedatangan si hitam manis Harina yang akan membawa saya ke kota Paris van Java.
Malam mulai merambat naik, kereta yang kami tunggu belum datang juga, tak lama kami mendengar lantunan lagu yang di dendangkan oleh musisi lokal yang membawa lagu - lagu tempo dulu (suasananya di buat seperti show kecil) membuat suasana di stasiun kerata Tawang seperti pada masa dulu kala.
Tak terasa waktu menunjuk pada angka 21.00 WIB kereta yang kami nanti akhirnya datang juga. Kami berbegas naik ke atas gerbong yang ada, kami mencari no kursi yang sudah tertera di tiket kereta. Sehubungan dengan pembelian tiket yang mendadak dan ditambah dengan weekend, kami tidak kebagian tiket yang esekutif, kami bersyukur masih kebagian tiket walau di kelas bisnis.
he.......

Kereta melaju di jalur relnya, stasiun demi stasiun telah disinggahi, kota demi kota telah terlewati.
Sepanjang perjalanan pemandangan yang tampak hanya kilauan lampu dan gelapnya malam.
sampai tak terasa akhirnya saya tertidur, karena dari pulang kerja, packing langsung berangkat ke kota kembang Bandung. Efek lelah, capai masih terasa.
Hingga tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara-suara, dan teriakan-teriakan yang menyayat  hati. Dalam hati bertanya ini mimpi atau nyata. Setelah sepenuhnya tersadar dari semua tahapan tidur. Saya memandang alexander christie yang melingkar di pergelangan tangan saya, waktu menunjuuk pukul 02.00. Awal mula terdengar sayup - sayup suara memangil, kemudian teriakan lantang, saya bertanya malam - malam ada suara teriakan-di tambah posisi kereta berhenti dan suami tertidur pulas-.
Setelah saya amati dengan seksama tenyata teriakan - teriakan itu berasal dari para pedagang yang menjajakan dagangannya untuk para penumpang di stasiun atau di dalam kereta api -maaf nama stasiun/kotanya lupa-
Para pedagang itu berusaha menjajakan dagangannya dengan berbagai cara agar dagangannya terjual, walau melalui jendela kecil atau di depan gerbong kereta api.
Saya langsung merenung mereka malam - malam masih berjualan dengan teriakan - teriakannya, sedangkan kita pasti sudah tertidur dengan memeluk bantal guling dan terbui bunga tidur.

Mereka para pedagang kecil di stasiun kereta tiap hari, tiap malam pasti mencari sesuap nasi demi anak dan keluarganya. Teriakan - teriakan mereka di tengah malam tersebut untuk menghidupi keluarganya di rumah.
Bagi mereka tidak mengenal waktu yang terpenting bagaimana agar dagangannya laku dan mendapatkan uang untuk keluarganya di rumah.

Disisi lain saya pernah membaca pedaganga asongan di larang berjualan di stasiun kereta api
Untuk info bisa di buka di
http://surabaya.detik.com/read/2012/02/23/091531/1849602/475/pedagang-asongan-demo-tuntut-bisa-berjualan-di-kereta-api
http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/02/23/145858/Pedagang-Asongan-Lamongan-Protes-Larangan-Berjualan-di-Kereta


No comments:

Post a Comment