Terlintas di pikiran mengapa hitam diidentikkan dengan warna berduka. Mengapa bukan warna lain, mungkin pink atau yang lainnya. Entahlah.
Mulanya ingin tak mempercayai mitos tersebut, tapi kenapa orang terdekat yang paling aku sayangi, aku banggakan, memberikan simbol tersirat untuk memberitahukan suatu pertanda, walaupun sering saya abaikan isyarat tersebut sehingga menimbulkan rasa menyesal, andai ku ikuti firasat tersebut?
Mengapa penyesalan selalu datang terlambat?
Bermula dari enam tahun yang lalu, tepatnya tahun 2007 Bapakku tercinta sering berpesan jika saya atau siapapun ke pusat perbelanjaan, Bapak nitip dibelikan baju atau kemeja berwarna hitam.
Karena selalu teringat jasa-jasa Beliau, dan sebagai anak yang berbakti pada orang tua saya pun membelikan kemeja yang diinginkan Bapak.
Terbersit di benak saya kenapa bapak meminta warna hitam, bukannya warna kesukaan bapak adalah warna biru, dan kenapa berpesan pada semua anak-anaknya.
Awalnya saya mengira mungkin karena pada saat itu suami beli hem hitam untuk acara paduan suara kantor, Bapak mungkin tertarik dengan hem tersebut. Anehnya walaupun sudah saya belikan Bapak masih saja berpesan pada kakak dan adik saya.
Firasat saya ada apa ini, siapa yang akan berduka?
Apakah Bapak, mengingat penyakit jantung Beliau?
Ku Tepis itu semua...
Setelah kakak dan adik membelikan hem hitam permintaan Bapak, dan saya juga membeli baju hitam. tak lama kemuadian, Malaikat kecil kesayanganku diminta kembali oleh Sang Khalik.
Tetangga mengira yang di minta kembali adalah Bapak, karena yang sering keluar masuk rumah sakit karena penyakit jantungnya.
Tak ada yang mengira cucunya atau anak saya akan diminta Sang Khalik, karena sehat-sehatnya lucu-lucunya, paling gendut, ternyata diminta secara tiba-tiba.
Memang umur manusia tidak ada yang tahu, semua adalah milikNYA. Semua pasti akan berpulang, hanya tidak tahu kapan dan bagaimana.
Pada tahun 2012, saya dan suami berlibur di Pulau Dewata Bali (rencana ini sebetulnya sudah jauh - jauh sebelumnya) tapi baru bisa terlaksana saat bulan Mei saat ada libur sangat panjang, dan kami mendapat ijij libur.
Seperti halnya anak yang sayang dengan orang tua, menawarkan kepada Bapak mau dibawakan apa dari Bali. Permintaan dari Bapak adalah kaos joger warna hitam. Langsung hati ini merasa tak enak, padahal warna kaos kesukaan adik saya adalah hitam, kenapa Bapak juga memilih warna itu.
Ada apa ini???
Tapi kutepis firasat buruk tersebut,
Selama saya di Bali saya kontak dengan orang rumah, alhamdulliah semua sehat-sehat saja. Sampai bulan Juni Bapak juga kondisi super sehatnya, saat kontrol dokterpun, dokter juga mengatakan Jantung bapak sehat.
Bahkan Bapak bersemangat untuk menghadiri pernikahan sepupunya (putrinya adik ibu), Rencananya sore harinya akan pergi ke Yogya untuk menghadiri pernikahan tanteku (panggilku). Akan tetapi pagi hari, saat Bapak selesai sholat subuh di Mushola, saat sedang berdzikir Bapak pingsan tak sadarkan diri hingga dirawat di ICU 35 hari dan 6 hari di rumah akhirnya Bapak menghembuskan nafas terakhir.
Bapak di minta Sang Khalik.
Sebelumnya Bapak juga memberi isyarat, memintaku untuk sering-sering telephon rumah dan banyak lagi pertanda, yang sangat saya sayangkan mengapa saya menepis pertanda itu.
Mengapa?
Padahal dari lubuk hati ini ada terbersit perasaan itu, tapi saya tak mau "ngalup" (bahasa jawa)
Bapak....
Saya bangga terhadap bapak
Kami sayang kepada Bapak
Semoga Amal ibadah Beliau diterima disisi Allah, Ditempatkan di sisi Mu. Di surga MU.
Amin
Kupersembahkan untuk Bapak Masidjan.